Kamis, 05 Mei 2011

Buku Adalah Jendela Dunia


Banyak orang beranggapan bahwa sebuah buku tidak lebih dari sekumpulan kertas yang diketik rapih, diberi kata pengantar, daftar isi, bab demi bab berupa konten, kemudian diberi gambar lalu diberi coveryang menarik, kemudian dijilid. Secara fisik pengertian itu tidak dapat dimungkiri.
Namun, kendati sebagian besar kalangan memiliki pengertian yang jamak seperti di atas, mari kita telisik fenomena baca-tulis di negri kita sebagai berikut ini.
Survey membuktikan bahwa di negri kita, walaupun sebagian besar masyarakat mengetahui adagium “membaca adalah jendela dunia”, namun mayoritas penduduknya lebih senang menonton sinetron ketimbang membaca. Dalam hal ini, membaca untuk beberapa media yang dianggap dapat mengedukasi masyarakat seperti buku, artikel, koran, majalah, baik dalam bentuk fisik yang sebenarnya, maupun melalui dunia maya. Ini adalah sebuah kondisi yang mengejutkan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita.
Kalau kita melihat rating beberapa sinetron, maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa menonton dan membaca sebenarnya ada tarik menarik yang perlu di cermati lebih lanjut. Inilah yang saya maksud fenomena baca-tulis-tonton.
Lebih jauh lagi, bila kita membedah konten dari tontonan tersebut, yang kebanyakan tidak mengandung unsur pembelajaran yang positif, melainkan profokasi yang tidak mendidik dan cenderung melemahkan daya juang penontonya. Mengapa melemahkan? Lihata saja penokohan yang keliru dalam setiap sinetron yang ada, misalnya seorang pengusaha yang selalu digambarkan dengan dasi dan mobil mewah, tidak luput rumah mewahnya juga. Akan tetapi kita tidak dapat mengetahui bagaimana Ia meraih itu semua. Tidak ada “Process”, langsung pada hasil (result) yaitu kekayaan dan kemewahan. Atau penokohan gadis cantik yang baru berusia belasan tahun tapi telah memegang posisi puncak di perusahaan, Kok bisa? Bagaimana caranya?
Tentang karier pengusaha dan gadis cantik adalah hal yang luar biasa instan dan menyesatkan masyarakat. Sehingga asosiasi masyarakat cenderung kagum pada kekayaan dan ketajiran seseorang, ataupun posisi puncak yang dicapai, tanpa pernah bertanya proses dan cara untuk mencapainya. Penokohan yang seperti ini jelas-jelas adalah proses pembodohan masyarakat. Dalam dunia nyata tidak ada seperti itu.
Saya tidak antipati terhadap kekayaan maupun posisi dalam perusahaan, namun yang ingin saya tekankan di sini adalah agar konten dalam media televisi segera meningkatkan makna pembelajaran seperti kegigihan, perjuangan, ketabahan dan paradigma yang benar dalam proses kehidupan dalam mencapai sesuatu. Tidak semua bahan tontonan itu jelek. Masih banyak channel yang setia dalam jalur pendidikan terhadap masyarakat. Konten tontonan seperti ini malah dianjurkan untuk semua pemirsa.
Seorang Napoleon Hill, mengungkapkan bahwa derajat sebuah bangsa, salah satunya ditentukan oleh media yang dibaca dan minat baca bangsa itu sendiri.
Lebih tajam lagi bila kita menyimak ungkapan Andrias Harefa, bahwa masa depan suatu bangsa akan ditentukan oleh berapa artikel yang ditulis setiap harinya di Negara dimana bangsa itu berada, dan berapa buku yang diterbitkan dalam setahun.
Sesuatu pemikiran dan cakrawala yang belum tentu kita dapat kita jangkau bukan? Ternyata dari beberapa tinjauan tadi dapat kita simpulkan betapa dahsyatnya sebuah tulisan ( baca: buku).

“Buku adalah harta yang paling bernilai untuk diwariskan, lihatlah piramid yang dibangun pada 3000 tahun yang lalu, sebagian besar sudah rusak bahkan hancur, tapi lain halnya dengan kitab Nabi Musa yang ditulis pada kurun waktu yang sama dengan pembangunan Piramid oleh Firaun, sampai saat ini masih tetap utuh, tidak rusak, sudah dibaca jutaan orang, dan dan akan bertahan selamanya.”

1 komentar:

  1. buku adalah gudang ilmu. ilmu yang kita miliki akan mementukan pilihan jalan hidup kita. apa yang kita baca akan mempengaruhi gaya hidup, gaya tingkah laku, gaya berpikir dan gaya bicara serta apa yang kita bicarakan. so, ayo banyak buku-buku yang berkualitas yang mampu memotivasi kita untuk menjadi makhluk yang lebih baik!!!!

    BalasHapus